CIANJUR – Orang tua siswa kelas X, XI dan XII di salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri favorit di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ramai-ramai menolak menyumbang Rencana Kebutuhan Anggaran Sekolah (RKAS) yang digelontorkan pihak sekolah dan komite sekolah sebesar Rp 6 juta per siswa. Penolakan itu karena dinilai sangat memberatkan.
Rapat yang digelar pihak sekolah memberitahukan pada orang tua murid bahwa sekolah membutuhkan dana sebesar Rp 9,8 Milyar untuk memenuhi kebutuhan sekolah.
Namun, untuk menutupi Rp 9,8 Milyar, sekolah mendapatkan Dana dari Pemerintah berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Biaya Operasional Pendidikan(BOP) sebesar Rp 3.6 Milyar. Sedangkan untuk menutupi kekurangan sebesar Rp 6,2 Milyar pihak sekolah terindikasi akan meminta kepada orang tua siswa.
“Saat rapat, pihak sekolah dan komite menampilkan kekurangan RKAS sebesar Rp 6,2 Milyar. Tanpa ada rincian untuk apa saja, dari jumlah Rp 6,2 milyar pada slide yang ditampilkan dibagi sebanyak 1.038 siswa, jadi rata- rata Rp 6 juta per siswa.
“Jelas dong kami keberatan,” kata salah satu orang tua murid minta dirahasiakan indentitasnya, Selasa (17/9/2024).
Orang rua murid itu juga mengatakan, dalam tampilan slide tersebut, kekurangan dana Rp 6.2 M itu ada indikasi akan dibebankan kepada 1.038 orang siswa.
“Tadi orang tua siswa yang ikut rapat minta rinciannya, untuk apa saja, tapi tidak ngasih, intinya kami menolak kalau ditentukan jumlahnya” ungkapnya.
Andi Gunawan salah seorang komite sekolah tersebut ketika dikonfirmasi terkait keluhan orang tua murid, membenarkan pihak komite sekolah sengaja menggelar rapat dengan para orang tua murid kelas X, XI dan XII membahas tentang RKAS untuk memenuhi kebutuhan sekolah.
“Kebutuhan ideal sekolah untuk jadi Rp 9.8 milyar kekurangan Rp 6.2 M, Kami beritahukan ke orang tua siswa, karena sesuai Pergub Perubahan 97 Tahun 2022 diperbolehkan meminta sumbangan pada orangtua murid. tidak memaksa, tapi sukarela dengan pertimbangan sesuai kemampuan,” ungkap Andri.
Andri juga menjelaskan, pada rapat tersebut komite memberitahukan Rencana Kebutuhan Sekolah untuk didiskusikan dengan para orang tua siswa agar bisa bersama-sama mengetahuinya.
“Ini kan baru rencana, kita diskusikan bersama- sama, tapi yang terjadi, rapat ini belum tuntas, wali murid langsung emosi,” tegasnya.
Dikatakan Andri, sumbangan betul-betul tidak ada paksaan, komite hanya mengutarakan saja pada orang tua murid. Orang tua silahkan menyumbang sesuai dengan kemampuannya.
“Disisi lain kami juga orang tua siswa, tentunya jika ada ingin sekali menyumbang. Tapi jika tidak ada, tangtos naon anu kedah disumbangkeun,” imbuhnya.(dens)
baca juga: Cegah Kenakalan dan Tawuran Pelajar, Kapolsek Kalibunder Blusukan ke Sekolah SMA