60 Persen Orang Tua yang Anaknya Stunting di Cibungbulang Bogor Hidup Miskin

Bycyber jabar

Oktober 7, 2024

BOGOR – Ratusan anak di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor alami stunting, faktor penyebab anak stunting karena kekurangan gizi, baik saat masa kehamilan maupun pasca melahirkan.

Kepala Puskesmas Cibungbulang, Dokter Doni Aria, mengatakan,” jadi dari masa mengandung kekurangan gizi, juga setelah melahirkan kekurangan gizi,” ucapnya , Senin (7/10/24).

Dokter Doni pun memaparkan, faktor ekonomi menjadi salah satu yang sering dijumpai pada anak stunting di Cibungbulang.

Dimana lebih dari separuh kasus stunting, karena berada dalam kondisi ekonomi rendah, data dari Puskesmas Cibungbulang mencatat, 60 persen orang tua dari kasus anak stunting di Cibungbulang ini hidup miskin. “Sekitar 60 persen faktor ekonomi,” ujarnya.

Namun demikian, tidak sedikit anak stunting di Kecamatan Cibungbulang berada dari keluarga mampu dan berada.

Hal itu terjadi karena pola asuh yang salah seperti diantaranya memberikan makanan yang tidak memiliki gizi.

“Ada ditemukan, anaknya makanya banyak, tapi hanya makan nasi dengan mie instan, tidak ada gizinya. Juga jajan sampai Rp.50 ribu per hari, tapi tidak ada gizinya juga,” jelasnya.

Untuk menekan angka stunting di Kecamatan Cibungbulang, Puskesmas Cibungbulang terus melakukan edukasi dan sosialisasi terhadap para orang tua dan ibu hamil.

“Kami berusaha mengubah pola pikir dan pola asuh orang tua, harus dibiasakan memberikan makanan bergizi, termasuk saat dalam kandungan,” katanya.

Kabupaten Bogor menjadi wilayah angka stunting tertinggi di Jawa Barat, hampir setiap kecamatan terdapat balita stunting di bumi tegar beriman tersebut.

Hal inipun menjadi perhatian serius pemerintah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten. Dimana, ada ratusan bayi yang mengalami stunting di Kecamatan tersebut.

Camat Cibungbulang, Agung S Ali mengatakan,” untuk di Kecamatan Cibungbulang ini ada 334 anak,” ungkapnya.

Berbagai upaya terus dilakukan untuk menuntaskan kasus stunting di wilayahnya itu. Pertama, dengan berkolaborasi dengan pemerintah Desa untuk memasukan Alokasi anggaran di APBDes untuk penanganan stunting.

Kedua, Kolaborasi dengan Puskesmas, untuk memberikan pemahaman dan edukasi tentang stunting terhadap masyarakat melalui Bidan Desa dan Kader Posyandu.

“Ketiga, kami memberikan edukasi terus menerus kepada masyarakat melalui Kades dan Perangkat nya tentang penanganan stunting, baik melalui rembug stunting maupun kegiatan lainnya,” tutupnya.(Goy)

baca juga: Resmi Dilantik, Metty Perempuan Pertama yang Jadi Ketua DPRD Kabupaten Cianjur